Kamis, 08 Februari 2024

MARI MENGENAL BAGAIMANA KEHIDUPAN DI LAUT

 

I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh timbal balik tak terpisahkan antara mahkluk hidup dengan linkunganya. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan reaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme (Mulyan, 2018). Laut  adalah  sebuah  perairan  asin  besar  yang dikelilingi   secara   menyeluruh   atau   sebagian   oleh daratan dalam arti yang lebih luas, "laut" adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di bumi yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra utama, selain itu laut adalah tempat  tinggal  bagi  beranekaragam  kehidupan  yang memanfaatkannya  sebagai  habitat (Anwar,2021). Ekosistem pesisir dibagi dalam beberapa jenis yaitu ekosistem   estuaria,   ekosistem   mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem pulau-pulau kecil. Adapun ekosistem laut dalam yaitu dimana cahaya matahari pun tidak dapat masuk ke dalamnya. Organisme-organisme yang hidup di dalam ekosistem laut dalam ini adalah ikan-ikan yang dapat memancarkan cahaya sendiri, organisme pengurai, dan predator (Asyiawati dan Akliyah, 2014).

Biota Laut adalah semua makhluk yang hidup di laut, baik hewan, tumbuhan, maupun karang. Secara umum biota laut terbagi menjadi tiga kelompok utama yaitu plankton, nekton, dan benthos. Pada pembagian ini tidak ada hubungannya dengan klasifikasi ilmiah, ukuran, hewan atau tumbuhan. Tetapi pengklasifikasian ini berdasarkan pada kebiasaan hidup umum seperti berjalan, gaya hidup, dan persebaran menurut ekologi (Jalaludin dkk., 2020). Plankton adalah bagian dari komunitas biota perairan yang dikelompokkan menjadi dua yaitu fitoplankton dan zoopalankton. Zooplankton memiliki peran penting dalam rantai makanan diperairan. Hampir semua hewan mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup didasar laut (bentos) menjalani awal hidupnya menjadi zooplankton (Efendi dan Imran, 2016).

1.2  Tujuan

- Untuk mengetahui pengertian dan biota laut seperti plankton, nekton, dan bentos.

- Untuk mengetahui factor factor pembatas hidup dari biota laut seperti plankton, nekton, dan    bentos.

II.                ISI

2.1  Plankton

2.1.1        Pengertian Plankton

Plankton adalah organisme yang hidup melayang di perairan dengan kemampuan pergerakan yang rendah. Organisme ini merupakan salah satu parameter biologi yang memberikan informasi mengenai kondisi kualitas dan tingkat kesuburan perairan. Plankton di perairan berperan penting terhadap kehidupan biota lainnya karena menjadi sumber pakan alami. Apabila plankton tidak tersedia secara cukup maka akan mengganggu hubungan tingkatan tropik selanjutnya. Fitoplankton berfungsi sebagai produsen oksigen dan indikator pencemaran perairan. Fitoplankton dapat melakukan fotosintesa dengan memanfaatkan cahaya matahari sedangkan zooplankton adalah sebagai konsumen primer. Keberadaan plankton berfungsi sebagai pakan alami ikan dan udang dan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang menggambarkan kondisi suatu perairan (Hendrajat dan Sahrijanna, 2019).

2.1.2        Jenis-Jenis Plankton

Plankton dibedakan atas dua yaitu zooplankton dan fitoplankton. Zooplankton berperan sebagai konsumen pertama yang menghubungkan fitoplankton sebagai produsen dengan organisme yang lebih tinggi jenjang trofiknya. Zooplankton juga berperan sebagai bioindikator perubahan kondisi lingkungan. Fitoplankton adalah mikroorganisme yang mampu menyediakan makanannya sendiri (bersifat autotrof) karena memiliki zat hijau seperti halnya tumbuhan pada umumnya yaitu klorofil. Zooplankton adalah organisme yang bersifat heterotrof yaitu organisme yang tidak dapat menyediakan makanannya sendiri karena zooplankton merupakan konsumen tingkat pertama yang langsung memangsa fitoplankton (Rafiq, 2021).

2.1.3        Faktor-Faktor Pembatas Hidup

a.       Suhu

Suhu perairan memengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan ekologis. Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan zooplankton (Rafiq, 2021).

b.      Arus

Arus laut dapat membawa larva plankton jauh dari habitat induknya menuju ke tempat mereka menetap dan berkembang. Pada daerah mangrove, arus yang disebabkan pasang surut mempunyai pengaruh nyata terhadap distribusi plankton. Arus mempunyai arti penting dalam menentukam pergerakan dan distribusi plankton pada suatu perairan. Arus merupakan sarana transportasi baku untuk makanan maupun oksigen bagi suatu organisme air (Rafiq, 2021).

c.       Salinitas

Zooplankton memiliki kepekaan yang tinggi terhadap tingkat salinitas pada perairan di ekosistem mangrove. Tingkat toleransi pada tiap-tiap zooplankton sangat bervariasi. Salinitas yang ekstrem dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kematian pada zooplankton. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5- 5‰ (Rafiq, 2021).

d.      Derajat Keasamaan (pH)

PH dapat memengaruhi plankton dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim. PH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4 (Rafiq, 2021).

e.       Kecerahan

Pada  kedalaman  tersebut  sinar  matahari  sudah  tidak  lagi  sampai.  Jarak  yang  biasa ditembus cahaya  dalam  kolom  air  dan  kedalaman  merupakan  fungsi  dari  kecerahan. Semakin   besar   nilai   kecerahan   akan meningkatkan   hasil   produktivitas   primer   dalam bentuk biomassa yang merupakan pendukung utama kehidupan pada lingkungan tertentu. Plankton  dapat  hidup dengan  baik  pada  konsentrasi  lebih  dari  3  mg/l (Siahaya, 2023).

2.2  Nekton

2.2.1        Pengertian Nekton

Nekton adalah  hewan  yang dapat  bergerak  bebas  di  air,  seperti  ikan, dan udang. Organisme akuatik ini dapat bergerak dengan cara “berenang” di dalam air. Pergerakan mereka biasanya tidak dikendalikan oleh gelombang dan arus. Komunitas nekton terdapat hampir di seluruh perairan dan pada berbagai kedalaman, namun sebagian besar tidak dapat bergerak bebas di laut atau perairan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan suhu, salinitas dan juga ketersediaan makanan. Komunitas nekton terutama terdiri dari hewan vertebrata antara lain ikan, krustasea (kepiting, kepiting, udang, lobster), mamalia laut (anjing laut, paus), moluska (cumi-cumi). ). , gurita) dll. Mereka memakan plankton atau nekton lainnya (Irmawati dkk., 2017)

2.2.2        Jenis-Jenis Nekton

Nekton merupakan organisme yang dapat berenang dan bergerak aktif, misalnya ikan dan udang, termasuk amfibi dan serangga air besar . Walaupun udang dan kepiting hidupnya umumya di dasar perairan, akan tetapi karena memiliki kemampuan melawan arus dan berenang bebas sehingga dapat dikategorikan sebagai nekton. Kondisi dan karakteristik habitat perairan termasuk kualitas air sangat berpengaruhi terhadap pola persebaran, keanekaragaman, kelimpahan ikan, udang dan kepiting. Contoh nekton dalam ekosistem laut adalah ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, cumi-cumi, dan sebagainya (Muhtadi dkk., 2017).

2.2.3        Faktor-Faktor Pembatas Hidup

a.       Suhu

Kisaran suhu di perairan adalah 23 - 29,3oC. Nilai suhu di perairan masih menunjukkan nilai yang normal serta masih sesuai bagi kehidupan biota akuatik (Muhtadi dkk., 2017).

b.      Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH di perairan berkisar antara 6,5 - 7,5. Nilai pH perairan cendrung netral, karena rendahnya bahan organik sehingga tingkat dekomposisi organik menjadi rendah. Dengan demikian Oksigen selalu lebih tinggi dan CO2 rendah, sehingga pH cenderung netral. Secara umum Nilai pH masih memenuhi baku mutu. Rentang pH 6 - 9 merupakan cocok untuk kehidupan ikan dan biota akuatik lainnya. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH (Muhtadi dkk., 2017).

c.       Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut yang terdapat pada air. Umumnya salintitas pada air sungai dan danau sangat rendah, yaitu 0,05%.Pada air laut kadar garamnya mencapai 3,5%, sedangkan air payau berkisar antara 3 – 5 % (Hanifah, 2024).

d.      Arus

Nekton merupakan organisme yang dapat berenang dan bergerak aktif. Walaupun udang dan kepiting hidupnya umumya di dasar perairan, akan tetapi karena memiliki kemampuan melawan arus dan berenang bebas sehingga dapat dikategorikan sebagai nekton (Muhtadi dkk., 2017).

2.3  Bentos

2.3.1        Pengertian Bentos

    Bentos merupakan organisme yang hidup menetap di dasar perairan, bersentuhan langsung dengan sedimen, sehingga berpotensi terpapar secara langsung oleh zat pencemar seperti bahan organik serta logam berat. Bentos memiliki distribusi yang luas, menempati posisi penting dalam rantai makanan,serta memiliki respon yang cepat dibandingkan organisme tingkat tinggi lainnya sehingga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan. Keanekaragaman bentos dapat digunakan sebagai penentu kondisi suatu perairan (Desmawati dkk., 2020).

2.3.2        Jenis-Jenis Bentos

Bentos digolongkan menjadi dua yakni fitobentos danzoobentos. Fitobentos merupakan organisme bentos yang mempunyai sifat seperti tumbuhan. Sedangkan zoobentos merupakan organisme bentos yang mempunyai sifat seperti hewan. Berdasarkan ukurannya bentos dapat dibedakan menjadi makrobentos, mesobentos atau meiobentos, dan mikrobentos. Makrobentos adalah organisme yang hidup didasar perairan dan tersaring oleh saringan yang berukuran mata saring 1,0x1,0 milimeter yang pada pertumbuhan dewasanya berukuran 3-5milimeter. Mesobentos merupakan organisme yang mempunyai ukuran antara 0,1-1,0 milimeter,misalnya golongan protozoa yang berukuran besar,cacing berukuran kecil, Crustacea berukuran yang sangat kecil, misalnya Ostracoda. Mikrobentos adalah organisme yang mempinyai ukuran kurang dari 0,1 milimeter, misalnya Protozoa (Budi, 2017).

2.3.3        Faktor-Faktor Pembatas Hidup

a.       Suhu

Kisaran suhu optimal bagikehidupan biota air di perairan tropis adalahantara 28-32 ºC. Beberapa spesies kerang-kerangan hidup pada kisaran suhu 25-32 ºC (Ulfa dkk., 2018).

b.      Derajat Keasaman (pH)

PH air yang normal adalah sekitar netral, yaituantara 6-8 sehingga organisme perairan dapat bertahan hidup. Beberapa jenis Gastropoda terutama ditemukan pada perairan dengan pH yang lebih besar dari7. Kebanyakan Bivalvia ditemukan pada perairan dengan pH 5,6-8,3. PH sangat mempengaruhi kehidupanmakhluk hidup, termasuk betik  (Ulfa dkk., 2018).

c.       Salinitas

Kisaran salinitas ini menunjukkan bahwa suatu kawasan termasuk ke dalam kawasan perairan payau dan masih mendukung kehidupan bentos. Kadar garam antara 0,5 - < 30 % dikatakan sebagai perairan payau (Ulfa dkk., 2018).

d.      Arus

Kecepatan arus berdasarkan tipe arusnya dibedakan menjadi 3 yaitu arus sangat cepat > 1 m/dtk, arus cepat 0,5 – 1 m/dtk, arus sedang0,2 – 0,5 m/dtk, arus lambat 0,1 – 0,2 m/dtk dan arus sangatlambat < 0,1 m/dtk  (Ulfa dkk., 2018).

III.             PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Plankton adalah organisme yang hidup melayang di perairan dengan kemampuan pergerakan yang rendah. Nekton adalah  hewan  yang dapat  bergerak  bebas  di  air,  seperti  ikan, dan udang. Bentos merupakan organisme yang hidup menetap di dasar perairan, bersentuhan langsung dengan sedimen. Baik plankton, nekton, dan bentos dapat di temukan di air asin atau air payau, wilayah pesisir, terumbu karang maupun laut dalam. Tergantung dengan factor-faktor yang mempengaruhi hidup plankton, nekton, dan bentos sendiri. Biota laut bergantung dengan kondisi suatu lingkungan  seperti suhu, pH, salinitas, dan arus yang dapat mendukung kehidupan biota tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, I. R. K. (2021). LAUT SUMBER IDE PENCIPTAAN KURSI SANTAI DAN MEJA. DESKOVI: Art and Design Journal4(1), 1-6.

Asyiawati, Y., dan Akliyah, L. S. (2014). Identifikasi dampak perubahan fungsi ekosistem pesisir terhadap lingkungan di wilayah pesisir kecamatan muaragembong. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota14(1).

Budi, R. (2017). Makrobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Way Belau Bandar Lampung. Jurnal TEGI9(2).

Desmawati, I., Adany, A., dan Java, C. A. (2020). Studi awal makrozoobentos di kawasan wisata sungai kalimas, Monumen Kapal Selam Surabaya. Jurnal Sains dan Seni ITS8(2), E19-E22.

Efendi, I., dan Imran, A. (2016). Struktur Komunitas Zooplankton di Area Permukaan Muara Sungai Ancar Kota Mataram. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala1(1), 90-104.

Hanifah, N. F. (2024). KEANEKARAGAMAN NEKTON DI PERAIRAN SUNGAI WAY TAHMI, BLAMBANGAN UMPU (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).

Hendrajat, E. A., dan Sahrijanna, A. (2019). Kondisi Plankton pada Tambak Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) dengan Substrat berbeda. JURNAL BERITA BIOLOGI18(1), 47-57.

Irmawati, E., Ruyani, A., dan Yani, A. P. (2017). STUDI KAWASAN KONSERVASI DI KOLAM TAMAN PINTAR SEBAGAI BAHAN AJAR LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi1(1), 54-64.

Jalaludin, M., Octaviyani, I. N., Putri, A. N. P., Octaviyani, W., dan Aldiansyah, I. (2020). Padang lamun sebagai ekosistem penunjang kehidupan biota laut di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Indonesia. Jurnal Geografi Gea20(1), 44-53.

Muhtadi, A., Dhuha, O. R., Desrita, D., Siregar, T., & Muammar, M. (2017). Kondisi habitat dan keragaman nekton di hulu daerah aliran sungai wampu, kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara. Depik6(2), 90-99.

Mulyan, A. (2018). Upaya Pemerintah Dalam Membentuk Kesadaran Nelayan Terhadap Kerusakan Ekosistem Laut Di Desa Pulau Kaung Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa Besar. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala3(3), 64-70.

Rafiq Moh. 2021. IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR DI PESISIR PANTAI DESA FATUFIA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Skripsi. Universitas Tadulako

Siahaya, R. A. (2023). Identifikasi Jenis-jenis Plankton di Perairian Pantai Gunung Api, Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah. JUSTE (Journal of Science and Technology)3(2), 111-120.

Ulfa, F., Sarong, M. A., & Abdullah, A. (2018, February). Dampak pengalihan lahan mangrove terhadap keanekaragaman benthos di kecamatan jaya baru kota Banda Aceh. In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 4, No. 1).

 #IlmuKelautan #IlmuKelautanUnib #Yarjohan

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"MANUSIA DAN BIOTA LAUT"

  1.       PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki daerah laut yang lebih luas dibandingkan dengan l...